Tags

Menjaga Lillah

 

Pada suatu Kamis, saya mendapatkan reminder yang nampol banget dalam 3 kegiatan berbeda yang saya lakukan di hari itu. Topik bahasannya berbeda, tapi kalo saya tarik garis lurus hal paling substantif dari ketiga topik tersebut sama yaitu tentang menjaga Lillah atau maksudnya menjaga niat melakukan segala kebaikan hanya karena Allah.


Biasanya tiap Kamis ba'da subuh saya ikutan tarjim online yang diampu oleh ust. Masyhudi Thohir dari LPPIQ Surabaya. Ngajinya tuh santai banget, karena kita mentadabburi ayat alQur'an dengan cara berdiskusi. Tiap ngaji, kita bener-bener diajakin berpikir dan meresapi kandungan dan pesan dalam ayat alQur'an tersebut. Tapi nggak lupa selingan guyonnya biar suasana tetap cair.


Nah, saat mentadabburi surah al-'Ankabut ayat 52, disitu pak ustad mengingatkan agar apapun yang kita lakukan cukup diniatkan untuk meraih ridho Allah. Bunyi ayatnya adalah sebagai berikut :


"Katakanlah (Muhammad), "Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang rugi."

(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 52)


Melalui ayat tersebut Pak Ustad ngingetin untuk menjalankan peran sebagai istri dan ibu harus ikhlas. Jangan gondhokan terus biar nggak rugi. Eman. Cukup apapun yang kita lakukan itu ikhlas mengharap ridho Allah. Jangan sampe kebaikan yang kita lakukan jadi ternodai karena dikit-dikit gondhok, dikit-dikit ngomel. Nyuci piring sambil gondhok. Nyapu rumah sambil ngomel. Nah, ini perlu dikurangi biar nyuci piringnya dan nyapunya dapet pahala 😂.


Deng! Jadi berasa kesamber petir karena hari sebelumnya saya gondhok ke pak suami. Gondhok nya karena habis subuhan dia santuy banget di kasur sambil hapean. Sedangkan saya sedari habis subuh udah riweh sama kerjaan domestik. Inginnya saya dia ngapain kek gitu. Nawarin ngepel kek, apa kek. Huft!


Tapi gegara dapet siraman rohani dari Pak Ustad langsung inget-inget kebaikan paksu. Lha wong dia santuy gitu ga 24 jam juga. Selain itu, dia mainan hape sambil jagain Hening yang masih tidur. Ntar kalo Hening bangun yang ngurusin kan dia juga. Sehingga saya bisa selesaikan urusan domestik dengan lancar jaya. Setelah itu dia yang mandiin Hening, nyuapin Hening, ngajakin main Hening. Maa syaa Allah, banyak banget kaan kebaikan pak suami kalo diinget-inget. Emang dasar saya aja nih yang masih suka fokus ke 1 titik debu di lantai. Padahal lainnya kinclong.


Mungkin akan ada yang beranggapan bahwa kalo suka ngomel bin gondhoken berarti ingkar sama Allah gitu karena redaksi ayatnya? 


Nggak gitu yee maksudnya pak Ustad. Akan tetapi dari ayat tersebut, beliau memperlebar maknanya pada hal-hal yang sering terjadi sehari-hari. Biasalah emak-emak kan saking sibuknya jadi gampang merepet ngomel. Nah, melalui ayat tersebut pak ustad ngingetin untuk menjaga hati biar tenang dan damai rasa hati dan pikiran. 


Pokoknya kalo mau ngomel karena anak berantakin rumah misalnya, suami santai bae. Diinget-inget ajalah cukup Allah yang menjadi saksi. Agar apa yang dilakukan bisa berbuah keberkahan. Mana tau ikhlasnya kita bersihkan rumah karena diberantakin anak tapi suami meneng bae, menjadi wasilah bikin anak kita jadi anak yang berbakti. Serta bikin suami kita terketuk pintu hatinya untuk membantu kerja domestik istrinya. Kita nggak pernah tau aja sih pintu mana yang jadi jalan pertolongan Allah. Dengan begitu kita nggak mengalami kerugian tho?!


Mengingat pesan Pak Nursamad Kamba dalam buku Mencintai Allah Secara Merdeka :


"Engkau harus menjadikan seluruh aktivitasmu mencerminkan keberadaan Tuhan".


Asooyyy~

Mantep banget nggak tuh pesannya?! Maa syaa Allah. Alfatihah untuk beliau 💜


Mungkin akan ada yang berpendapat Pak Ustad kok diskriminatif banget sih. Kok yang diingetin hanya para istri, para suami juga dong! Lhaaa piye. Kan jamaah pengajiannya emak-emak kabeh. Kalo isinya bapak-bapak ya pasti yang diingetin bapak-bapak 😆.


************


Lalu siangnya saya membaca buku karya Yasmin Mogahed yang berjudul Reclaim Your Heart. Saya merasa beruntung banget membaca buku ini karena konteks tulisannya cucok banget dengan tema belajar saya tahun ini yaitu soal menyembuhkan luka batin. Memang konteks bukunya nggak secara tersurat membahas tentang penyembuhan luka batin. Akan tetapi apa yang ditulis oleh Mbak Yasmin sangat bisa membantu untuk melakukan tazkiyatun nafs. Insyaa Allah.


Sebagaimana judulnya yaitu Reclaim Your Heart, melalui buku tersebut Mbak Yasmin mengingatkan pembaca untuk merebut kembali hati kita dan memposisikannya pada posisi yang seharusnya. Jika sebelumnya hati kita terlalu penuh dengan dunia, menjadikan dunia sebagai pusat kehidupan. Maka sudah saatnya kita merebut kembali hati tersebut dari cengkraman dunia dan mengembalikannya sebagai hamba Allah seutuhnya. 


Saya rasa reclaim our hearts adalah bagian dari tazkiyatun nafs. Pun ketika kita masih mengalami luka batin, walau karena sebab eksternal. Akan tetapi saya berkesimpulan bahwa ketika hati kita masih terluka, kita bisa menyembuhkannya -salah satunya- dengan benar-benar kembali berserah hanya pada Allah. Bisa jadi luka tersebut nggak ndang-ndang sembuh karena kita terlalu fokus pada masalah tersebut. 


Sehingga salah satu cara untuk menyembuhkannya adalah dengan berzikir agar hati kita seutuhnya berisi hanya Allah. Ketika kita berzikir, akal kita terus online sama Allah yang kemudian hal ini mengarahkan hati kita hanya condong pada Allah. Mengingat sebuah pernyataan Al-Junaid yang dikutip oleh Pak Nursamad Kamba dalam bukunya yang berbunyi :


"Ruh adalah sumber mata air kebaikan dan jiwa adalah sumber mata air kejahatan. Akal adalah tentara ruh dan hawa nafsu adalah tentara jiwa. Bimbingan ilahi adalah amunisi ruh, dan tak berkenannya Tuhan adalah amunisi jiwa. Sedangkan hati mengikut pada tentara mana yang dimenangkan".


Saya mencoba connecting the dots antara apa yang saya baca di buku Reclaim Your Heart, luka batin dan pernyataan dari Al-Junaid tersebut. Jadi gini, saat ini saya kan udah dewasa ya, bukan anak kecil lagi. Sudah seharusnya aqil. Tidak lagi dipengaruhi amygdala. Harusnya begitu. Sehingga kalau sudah aqil, maka saya harusnya memandang luka batin tersebut sebagai wasilah untuk mendekatkan diri pada Allah. Bukan terbawa hawa nafsu untuk terkungkung dalam luka tersebut dan terus-terusan menyalahkan si penyebab luka. 


Apa yang terjadi di masa lalu, ya sudah, maafkan. Saat ini harusnya saya memanfaatkan nikmat akal untuk seutuhnya mengingat Allah. Karena dengan begitu, hati saya akan terarah pada hal-hal yang baik saja yang sekaligus mengobati lukanya. Tidak lagi terfokus pada luka itu terus. Dengan begitu jiwa saya pun menekan si hawa nafsu ini biar nggak merongrong saya. 


Kurang lebih begitu hasil otak atik gathuk saya 😂.


Makanya pas lagi baca buku Reclaim Your Heart, bikin nyess banget di hati. Terus jadi mikir, "Iya ya, ya Allah. Mungkin saya jadi mandeg gini-gini aja karena kurang mengingatMu. Hati saya terlalu penuh dengan dunia dan terlalu fokus pada masalah sehingga lupa akan rahmatMu yang jauh lebih besar dari masalah ini. Saya membiarkan hawa nafsu yang mengendalikan saya". Huhu, maa syaa Allah. Memang ada-ada aja cara Allah ngingetin hambaNya 🥺.


*********

Terus sorenya, pas lagi masak, saya sambil dengerin podcast nya Ustad Salim A. Fillah yang bercerita tentang Gaza. Dalam podcast tersebut Ustad Salim cerita pengalamannya ketika menjadi relawan di Gaza beberapa tahun silam. Sebelum menjalankan tugas, beliau dikasi semacam pengarahan sekaligus wejangan oleh ulama disana. Nah, salah satu wejangannya adalah agar para relawan tetap menjaga Lillah. Wejangan tersebutlah yang menjadi cikal bakal judul tulisan ini 😂.


Terus ada cerita dari Ustad Salim yang nampar banget ketika beliau cerita tentang pertemuannya dengan biro sosial Mamas. Ustad cerita kalo hidup si biro sosial ini sederhana banget. Rumahnya kecil, anaknya banyak sampe-sampe kalo tidur kayak hamparan pindang 😅. Udah gitu secara finansial juga kekurangan. Alhasil Ustad Salim dan kawan-kawan berinisiatif untuk ngasi hadiah ke si biro sosial tersebut dalam bentuk uang. 


Ketika Ustad Salim memberikan uang tersebut, beliau mengatakan itu sebagai hadiah bukan sumbangan. Tapi si biro sosial tersebut menolak mentah-mentah dengan mimik agak marah. Kata si biro sosial,"Bawa uang itu atau kalian jangan pernah kesini lagi". Terus Ustad Salim nyelipin lah uang itu tapi tetap ditolak sama si biro sosial. Katanya,"Bawa uang itu atau saya buang ke tong sampah? Kalian tau Yasser Arafat itu adalah orang hebat di Palestina. Tapi karena hal-hal seperti ini dia jadi lemah dihadapan musuh". Kurang lebih bilangnya begitu. Pas Ustad Salim cerita begitu bikin hati langsung menceloooss banget. Ya Allah, luar biasa. LUAR BIASA. 


LUAR BIASA!!


Sumpah sih langsung merinding juga cuy pas dengernya. Maa syaa Allah. Bener mah kata Syeikh Yasin bahwa rakyat Palestina harus melawan dengan alQur'an dan itulah hasil didikan alQur'an. Manusia-manusia yang hanya tunduk pada Allah, yang menjaga Lillah, dan mencampakkan dunia agar keimanan dan perjuangannya tidak tergadaikan. Maa syaa Allah 😭😭😭😭.


******

Pas menjelang tidur malam sambil puk-puk Hening, saya jadi merenungi ketiga momen tersebut dan menyimpulkan,"Alhamdulillah. Hari ini Allah mencurahkan rahmatNya dengan mengingatkan saya agar kembali padaNya. Cukup Allah aja yang dituju, bukan yang lain". 


Tentunya Allah satu-satunya yang paling tau kondisi jiwa saya. Allah yang paling tau apa yang dibutuhkan oleh jiwa saya. Sehingga dengan rahmatNya, Allah mengarahkan saya untuk mengalami ketiga momen tersebut sebagai caraNya mengingatkan saya 😭. 


Oleh karenanya saya menuliskan kembali apa yang saya alami di hari itu untuk menyirami kesadaran saya agar semoga semakin subur dan tumbuh kuat. Sengaja dibagikan melalui blog, biar pas buka blog saya membaca reminder ini lagi. Dan tentunya semoga bisa memberi manfaat bagi banyak orang juga. Insyaa Allah 💜

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment