Tags

Haus Kesementaraan

 


Makin kesini kasus korupsi rasanya makin ngadi-ngadi. Nominalnya makin fantastis. Tapi penanganannya rada minimalis. Belum lagi banyak pejabat atau siapa deh yang makin rakus dengan harta dan tahta. Padahal dirinya sudah kaya. Tapi kok belum puas juga. 


Melihat fenomena megelno kayak gini bikin saya teringat dengan ceramahnya Nouman Ali Khan tentang Mengajarkan Islam Pada Anak, saya pernah membuat resume ceramah ini. Dalam ceramahnya, Pak Nouman mengingatkan para orang tua agar menasehati anaknya secara tepat. Karena isi nasehat kita kepada anak akan mempengaruhi pola pikir, pola pandang dan laku hidupnya. 


Coba deh kita perhatikan~

Kadang kalau kita menasehati anak tuh begini, "Nak, sekolah yang pinter. Biar bisa jadi orang (Dikata anaknya kucing apa yak sampe diharapin jadi orang 😫). Biar bisa punya ini itu".


Atau begini, " Nak, kamu jadi oehsuejdj (menyebutkan profesi). Biar masa depanmu terjamin kalau kamu jadi itu. Gajinya juga tinggi, edebreh". (Hah! Dikata pekerjaan adalah Tuhan apa yak yang bisa menjamin masa depan 😖). 


Akan berbeda jika isi nasihatnya begini, "Nak, kita dihadirkan di dunia adalah untuk menjadi khalifah, untuk menebarkan kebaikan dari Allah, memberi manfaat bagi sesama makhluk Allah. Apapun profesimu, apapun yang kamu kerjakan pastikan tidak berpotensi bikin Allah marah. Jadikan tiap amal untuk meraih ridho Allah, bukan untuk kepentingan pribadi".


Ya, saya tahu kok setiap orangtua pasti pingin yang terbaik bagi anaknya. Nggak mau anaknya hidup susah bin melarat. Nggak mau anaknya luntang lantung kayak homeless yang hopeless sama kehidupan. Akan tetapi nasehat yang cenderung lebih bikin anak berambisi menggenggam dunia malah bikin kehidupan jadi wakacaw dan kemungkinan merugikan orang lain bahkan bisa merugikan makhluk lain 😩. 


Makanya kalau pas ada berita tentang si-yang-paling-wakil-rakjat mulai tingkah, saya jadi penasaran deh dulu orang tuanya nasehatin mereka kayak apa lah. Kok ya jadi wakil-rakjat tapi kerjanya hura-hura. Ya minta gorden harga fantastis dan yang terbaru minta TV yang anggarannya, ya Allah, bisa kali tuh duit buat membangun negeri aja 😫. 


Hah! Jangan-jangan banyak dari mereka yang jungkir balik untuk mendapatkan kursi sebenarnya bukan untuk mengabdi, melainkan untuk menikmati fasilitas yang menggoda dan tentu untuk memperkaya diri ☹️. 


Ya, memang betul kita diperbolehkan kok mengejar dunia. Tapi mengejar dunia bukan untuk kepentingan pribadi. Melainkan untuk kemaslahatan bersama. 


Itulah kenapa nasehat yang tepat kepada anak menjadi penting. 


Terus ada juga nih sebuah kutipan bagus banget yang mungkin relate dengan tulisan ini. 



Coba deh kita renungkan kembali~

Sebenarnya manusia diciptakan untuk apa sih? 


Jika memang manusia diciptakan sebagai khalifah fil 'ardh, apakah kita tahu makna dan tugasnya apa? 


Jika memang kita tahu bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah fil 'ardh, kenapa sih kita begitu hausnya dengan kesementaraan? 


Terus segala amal yang kita lakukan itu buat apa sih? Untuk meraih ridho Allah atau sekedar untuk kepentingan pribadi? 


Sudah bolak balik lho Allah ngasi tau dalam alQur'an bahwa harta hanya sekedar perhiasan dunia. Diingetin juga agar jangan memakan harta yang didapat dengan cara bathil dan peringatan sejenis. Tapi lagi-lagi namanya manusia ya, godaan hawa nafsu kadang susah dikendalikan ☹️. 


Memang betul kita butuh dunia. Tapi bukan dunia yang mengendalikan kitw. Bila perlu dunia dipunggungin juga biar less godaan gaes. Kayak Nasrudin yang naik keledai terbalik 😂. 


Oleh karenanya~

Kita perlu kembali ke Allah. Kembali banyak bercakap denganNya. Kembali memohon ampun padaNya. 


Hidup cuma sekali, kalo dipake hanya sekedar mengejar yang sementara kok rasanya eman. Udah sementara, nggak ngasi pengaruh positif buat akhirat juga. Ealah, kok eman 😩. 


Ku nulis kayak gini bukan buat ceramahin orang lain. Tapi ceramahin diri sendiri 😂. Karena saya biasanya sering baca ulang tulisan yang saya unggah di blog sebagai pengingat diri. 


Tulisan ini memang masih amat permukaan banget. Tidak mendalam dan sangat subjektif. Jadi nggak perlu dibaca nemen-nemen ya gaes. 


Ciao~

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment