Tags

Tunas


Di tengah pandemik Corona yang semakin hari semakin memburamkan masa depan. Tidak jelas kapan akan berakhir. Tidak jelas apa penawar yang paling mujarab. Tidak jelas asal muasalnya. 

Semakin hari dunia seolah dibuat stroke olehnya. Sektor perekonomian semakin terpuruk. Banyak rakyat yang meraung-raung tanda kondisi keuangannya semakin menipis. Lalu ada juga yang harus patah hati karena pemutusan hak kerja (PHK) oleh perusahaan tempatnya bekerja.

Hati semakin gusar, gundah gulana dibuatnya. Semua orang menengadahkan tangan ke atas tanda meminta kepada Tuhan agar virus super duper hyper mungil ini segera di bumi hangusnya dari jagat raya. 

Manusia sudah mulai lelah akan keresahan yang diakibatkan oleh virus Corona. Lalu ditambah lagi dengan maraknya pembegalan, perampokan, ataupun pencurian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang sudah putus asa akan hari depan.


Namun dengan sangat romantis, Allah mengingatkan manusia melalui tunas-tunas yang tumbuh. Bahwa selagi nyawa dikandung raga, nafas dapat ditarik-hembus secara normal, organ tubuh dapat berfungsi secara normal, otak masih dapat berpikir maka masih ada harapan. 

Tapi bagaimana caranya berpikir jika perut sedang lapar? Hati sedang gundah? Raga telah lelah?

Mungkin itulah maksud dan tujuan adanya keimanan. 

Iman menggerakkan kita untuk bersandar hanya kepadaNya. Iman menggerakkan hati kita untuk membuka lembar demi lembar kitab suciNya sebagai penawar dan penunjuk jalan. Insyaa  Allah.

Dengan bersandar hanya kepadaNya, insyaa Allah, Dia akan membukakan pintu rejeki lainnya kepada mereka yang tetap meminta. Namun juga selalu berikhtiar.

Keberadaan tunas mengingatkan kita bahwasanya Allah masih terus menurunkan rahmatNya untuk kita semua. Namun tugas manusia adalah bagaimana agar rahmat tersebut dapat menjadi berkah bagi diri kita dan banyak orang.

Bentuk tunas rahmat pada diri manusia adalah masih adanya daya untuk hidup. Daya tersebut mendorong manusia untuk berupaya mengolah rahmatNya menjadi berkah.

Boleh saja hari ini, esok atau lusa, rejekimu saat ini di tempat itu berhenti sampai disitu. Ibarat bunga mawar dengan sebagian kecil batang tempat bertenggernya yang mulai layu lalu kering. Akan tetapi Allah masih menyediakan rejeki yang insyaa Allah lebih berkah dari yang sekarang. Ibarat tunas yang muncul pada batang lainnya.


Tunas tersebut dapat tumbuh dengan baik jika dirawat dengan penuh kasih sayang. Sehingga nantinya akan memunculkan bunga yang menyejukkan mata. Insyaa Allah.

Allahu a'lam bishawab.

Kamu bingung ya sama tulisan ini?

Sama, saya juga bingung ketika menulisnya.
Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment