Tags

Tukang Becak


Nggak tahu kenapa saya tuh suka sekali melihat tukang becak yang tiduran di atas becaknya. Biasanya si Bapak becak memarkir becaknya di pinggiran jalan. Bahkan ada yang di pinggir boulevard perempatan, lalu tidur dengan asoy 🤣.

Bukannya saya suka melihat keadaan beliau yang seperti itu lho ya. BUKAN!

Melainkan saya tuh merasa diingatkan melalui perilaku tukang becak yang santuy. Bahwa hidup itu memang berat, tapi jangan dijadikan beban. Kayak tukang becak itu lho. Ada penumpang ya narik, nggak ada penumpang ya leha-leha sek sampai keturon (ketiduran) 🤣. Sekalipun truk tronton lewat juga mereka masih pulas gitu tidurnya 😂.


Brilio.net
Walaupun mungkin beban hidup mereka nggak sesantai yang kita lihat. Walaupun mereka sebenarnya ya mengeluhkan juga susahnya hidup. Tapi lho mereka nggak sambat di media sosial. Hahaha. Ya iya lah. Punya smartphone saja tidak, pigimane mau sambat di media sosial. Hahaha.

Lalu ketika mereka membawa penumpang yang mungkin berat banget, udah gitu panas terik menyengat kulit mereka atau bahkan ketika hujan. Mereka tuh tetap mengayuh sepedanya tanpa ngedumel. Ya mungkin pak becak sungkan mau ngedumel karena ada penumpangnya. Tapi sikap bapak becak yang seperti itu kan bentuk kerendahan hatinya sebagai tukang becak.

Wartakota.tribunnews.com

Ya iya, emang sih udah jadi profesinya sebagai tukang becak.  Tapi gimana ya? Kehadiran mereka menjadi pelajaran hidup banget. Spesial banget lah pokoknya si bapak becak.

Karena terkadang tuh kita seringkali lupa sama kenikmatan-kenikmatan yang kita punya. Bahkan mungkin kenikmatan yang kita dapat tiap hari tuh JAUH lebih banyak dibanding yang dipunyai bapak becak. Tapi bapak becak lho masih bisa menghadapi kerasnya hidup dengan santuy. 

Nah, itu yang bikin kita kufur nikmat karena kita keseringan sambat. Dikasih segitu saja sambat, pigimane mau diberi banyak. Heuheu.

Sehingga kehadiran bapak becak yang sedemikian rupa menjadi representasi akan kebersyukuran, santainya menjalani hidup di tengah kerasnya gelombang kehidupan dunia.

Eh, tapi itu hanya penafsiran saya pribadi saya saja sih, teman-teman. Ya mon maaf jika dirasa tulisan ini menyinggung hati teman-teman. Semoga kita semua selalu menjadi pribadi yang bersyukur yaa, my darling friends!

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment