Tags

To Let You Grow

 

Suatu hari, saya iseng-iseng membaca ulang buku The Whole-Brain Child karya Daniel J. Siegel dan Tina Payne Bryson. Ketika saya sudah sampai di halaman 33, saya merasa takjub dengan apa yang ditulis oleh Pak Siegel dan Bu Tina. Pada halaman tersebut penulis menyampaikan bahwa otak kita dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang kita lalui. Bahkan pengalaman tersebut dapat mengubah struktur fisik otak kita. Sehingga usia berapapun kita, otak kita masih tetap mengalami pertumbuhan dan tetap dapat diperbaiki melalui pengalaman tersebut. 


Kemudian, saya berteriak dalam hati, ”Alhamdulillah. Otakku yang keropos ini masih bisa diperbaiki 🥺🥺🥺🥺”. 😆😆😆😆😆😆


Namun kemudian, muncul pertanyaan : 


”Apakah sekedar dengan adanya pengalaman bikin otak otomatis langsung bisa diperbaiki ataupun tumbuh dengan baik?”


“Pengalaman seperti apa yang bisa bikin otak tumbuh dengan baik atau bisa diperbaiki?”


Dari apa yang saya baca, saya menyimpulkan tentunya ada banyak faktor pendukung yang dapat membantu otak kita bertumbuh dengan baik. Seperti misalnya makanan yang sehat, tidur yang cukup dan yang paling penting adalah adanya kecakapan dalam menjalani pengalaman tersebut yang kemudian memunculkan kesadaran. Kecakapan tersebut didapat dengan mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan didapat melalui belajar. Maka sebagai manusia yang sudah diberikan potensi akal budi, harus tetap belajar agar bisa menjalani hidup ini dengan baik.


Kemudian, pas buka Youtube, saya menemukan video percakapan antara Mas Sabrang Letto dengan Sheikh Imran Hosein. Ceritanya mereka berdua bertemu pas ada undangan konferensi di Rusia. Dalam percakapan tersebut, Sheikh Imran menyampaikan tentang artificial intelligence (selanjutnya disingkat AI) di dalam surah Sad (23) : 34. 


Dalam ayat tersebut memang secara tekstual bercerita tentang Nabi Sulaiman yang tergeletak di singgasananya karena sakit. Sheikh Imran menjabarkan ayat tersebut bahwa jasad itu ya manusia. Namun manusia diberikan ruh agar dapat berpikir mandiri. Sedangkan AI diprogram untuk berpikir, karena AI nggak punya ruh. Dan dajjal pingin kita tuh kayak AI, yang untuk berpikir aja kudu diprogram dulu. Biar kita mudah digiring kayak ternak 🙃. Untuk lebih jelasnya langsung nonton di Youtubenya ya. Biar nggak missed info. Hho


Pada awalnya saya masih kebingungan untuk memahami maksud dari Sheikh Imran tersebut. Sampai pada saat saya membaca ebooknya Bu Dina tentang Prahara Suriah, baru deh agak-agak dong dikit dengan penjabaran Sheikh Imran tersebut. 


Allah Loves You More Than You Know

Ketika saya merenungi temuan-temuan tersebut (aseeekkk), saya teringat dengan satu ayat dalam alQur’an yang berbunyi :


لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِي كَبَدٍ


"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah."

(QS. Al-Balad 90: Ayat 4)


Kemudian saya menyimpulkan bahwa ya pantes aja Allah menciptakan manusia dalam susah payah dan adaaa aja masalahnya. Ternyata Allah tuh pingin kita terus bertumbuh. Biar otak kita terus bekerja dan nggak keropos. Biar kita bisa jadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari. Allah sendiri juga yang bilang, ”.... boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu. Tapi itu baik bagimu…..” (Al Baqarah : 216). Soalnya kita pasti sebenarnya nggak seneng kan kalo dihadapi dengan ujian-ujian? Tapi ternyata ujian-ujian itu baik buat kita 🙃.


Kita pasti pinginnya hidup yang nyaman, tenang, aman dan tentram. Tapi sayangnya kita hidup di dunia yang ada aja tantangannya. Nggak mungkin nyaman terus, pasti ada gelombangnya. Lha wong para nabi aja dulu nggak ada yang hidupnya nyaman terus. Meski sekelas Nabi Sulaiman yang hartanya berlimpah juga tetap berhadapan dengan masalah-masalah besar. Meski demikian, hati mereka tetap tenang karena mengingat Allah 🥺.


Coba aja sih bayangin kalo hidup aman dan nyaman terus. Hidup kita jadi autopilot dan monoton banget, ya gini-gini doang. Nggak ada tantangannya. Nggak ada hal yang berarti. Akan berbeda jika sesekali dikasih efek kejut yang akan mengajak kita untuk berpikir. 


Meski begitu, Allah menghibur kita dengan mengatakan, ”Bersama kesulitan, ada kemudahan”. Meski kadang kita kebingungan untuk mengidentifikasi bentuk kemudahan tersebut saat kesulitan menghampiri. Oleh karenanya firmanNya ini harus dibarengi dengan iman, takwa dan ilmu. Biar kita nggak ngeluh bae. Biar kita nggak mempertanyakan ketetapanNya atas diri kita. 


Terus Rasulullah juga pernah bilang, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sungguh semua urusannya baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapatkan kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya." HR Muslim


Disitu Rasulullah menggunakan kata mukmin yang mana kalau seseorang itu mukmin sudah pasti beriman. Maka apa yang sudah menjadi ketetapan Allah, entah itu ujian ataupun karunia, insyaa Allah ada kebaikan didalamnya. Walau realitanya, seringkali kita merasa tak berdaya karena ujian yang kita alami. Ataupun kadang menjadi lalai karena nikmat yang kita terima. Oleh karenanya menjalani kehidupan di dunia dengan keimanan dan juga tentunya ilmu adalah karunia yang luar biasa. Biar ada gas dan rem nya. Agar kita jadi pribadi yang lapang hatinya, jernih pikirannya, dan bijak tindakannya. Insyaa Allah.


Problem Comes is to Clean You Up

Melalui masalah-masalah yang kita hadapi, Allah mendidik kita untuk berpikir secara mandiri. Itulah kenapa iman dan ilmu diperlukan agar ketika kita mendapati masalah, kita tidak tenggelam dalam masalah tersebut. Namun kita berusaha untuk mengatasinya melalui jalan ilmu dan iman. Tentunya akan berbeda jika kita putus asa. Kita akan terombang ambing ataupun tergiring oleh masalah itu, yang akhirnya membuat kita terjerumus untuk melakukan hal-hal yang buruk. Nauzubillah~


Begitupun ketika mendapat nikmat, kita tidak lalai oleh nikmat tersebut. Apalagi sampai sombong dan menuhankan diri sendiri yang berujung pada kufur nikmat. Nauzubillah.


Itulah kenapa Rasulullah mengingatkan melalui sabdanya , "Sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi tercela. Keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat musibah".


Nulis gini sawangane kayak gampang gitu ya. Tapi ntar kalo udah diuji, duh duh. Sambatane kayak orang paling sengsara di dunia 😂. Iya ini maksudnya saya sendiri kok. Karena beberapa tahun ini saya bergulat dengan diri saya sendiri. Bergulat dengan emosi dan pikiran saya sendiri. Kadang saya capek dengan perasaan saya sendiri yang bikin saya jadi makin nggak berdaya. Tapi saya mencoba mengingatkan diri saya mungkin ini yang terbaik. Allah pingin saya belajar dan bertumbuh dengan baik. Allah pingin saya selalu husnudzon padaNya. Mungkin ini adalah ladang pahala saya. 


Saya nggak mau sok-sokan nggak ngarep pahala, nggak mendambakan surga. Karena level keimanan saya nggak sebanding dengan Rabiah Adawiyah. Jauh bangetlah tuh, bumi dan langit. Maka saya jadikan kalimat “mungkin ini ladang pahala saya” sebagai motivasi agar saya selalu husnudzon pada Allah.


Jadi mikir deh saya, makanya kali ya saya tuh gampang sambatan karena saya sok-sokan nggak ngarep pahala dan nggak mendambakan surga. Padahal kan saya bukan Rabiah ya. Saya tau kalau yang harusnya dituju hanya Allah semata. Tapi hal itu masih sebatas pengetahuan, bukan ilmu yang sudah terinternalisasi bersama iman. Berbeda dengan Rabiah yang ilmu dan imannya yang emang udah makrifat. Makanya deh saya sudah nggak mau sok-sokan lagi. Wkwkwk. Sekarang saya menjadikan pahala dan surga sebagai motivasi agar selalu husnudzon sama Allah dan mengurangi sambatan saya.


Pada akhirnya setiap masalah yang menghampiri adalah bentuk kasih sayang Allah. Karena masalah-masalah itu sebenarnya membantu kita untuk membersihkan diri kita dan membantu kita untuk bertumbuh menjadi insan yang kamil, insyaa Allah. Kayak syairnya Rumi soal kebas-kebas debu yang ada di bulu-bulu karpet. Begitu juga kita yang dikebas melalui masalah-masalah untuk membersihkan hati kita dari debu ke-aku-an. Maa syaa Allah ❤️


Syair tersebut jadi best reminder bagi saya.


Oleh karenanya juga saya menuliskan apa yang sudah saya temukan dan renungkan agar menjadi pengingat bagi diri saya ketika rasa tak berdaya saya kembali muncul. Semoga bermanfaat juga untuk kamu ❤️

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller
Newest Older

Related Posts

Post a Comment