Tags

MPASI Hening : It Takes Time. Be Calm, Ibuk!


Buibuk, bagaimana kabar per MPASI an duniawi? 


Lancar, jaya, aman, terkendali? 


Udah lumayan ada peningkatan? 


Atau ternyata masih ya gitu deh, rasanya ingin menyerah saja? 😂😂


Sabar, buibuk, sabar! Mari inhale exhale dulu. 


Tarik napaaaaaassss yang panjaaaanngg. Hembuuskaaaaannn dari idung atau mulut bukan dari tetoooottt 🤣🤣🤣. 


Setelah menjalani 9 bulan masa MPASI, rasanya memang nggak mudah ya. Sebenarnya tantangan paling besar adalah menurunkan ego dan ekspektasi diri sebagai ibu saat memberikan makan pada anak. Ekspektasinya sih anak makan lahap secara sukarela dan no drama. Realitanya ya gitu deh. Baru juga mau nyuapin, anak sudah geleng-geleng. 


Melelahkan dan sangat menguras esmoni banget memang kondisi seperti itu. Namun setelah saya pikir-pikir, sebenarnya kondisi seperti itu adalah privilege lho. Karena ibu dikasih kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang memberikan makan anak. Serta dikasih kesempatan untuk bisa memahami maunya anak. 


Tsaaaahhhh! Sok bijak deh sayaaaaaa 🤣


Tentu kita semua pinginnya yah anak kita makan lahap kayak Kiyoji, anaknya Jennifer Bachdim. Hanya saja nggak semua ibu mendapatkan anugerah seperti itu. Ada juga ibu yang dianugerahi anak yang makannya picky, ada juga yang banyak drama dan lain sebagainya. Sehingga urusan MPASI ini jadi ruang bagi ibu buat belajar lebih sabaaaaarr 😂😂. 


Hal-Hal yang Mempengaruhi Anak Makan Dengan Lahap

Ketika lagi anteng


Selama menjalani masa MPASI, ada beberapa hal yang mempengaruhi Hening untuk makan dengan sukarela, diantaranya:


#1 Kondisi Kesehatan

Kondisi kesehatan anak sangat mempengaruhi nafsu makannya. Jangankan anak-anak, lha wong kita yang dewasa aja lho kalau lagi sakit pasti malas-malasan kan makannya. 


Momen yang paling bikin nelangsa adalah saat anak lagi mudah banget makan. Lap lep lap lep, lha kok moro sakit. Tapi ngingetin diri kalau anak sakit udah qodarullah juga. Tapi ya gitu deh, pening juga mamak mikirin mo ngasi makan yang gimana biar no drama. Biar setidaknya ada yang dimakan gitu lho. 


Yah, beginilah mamak amatiran yang mudah emosian dan sukanya sambatan 😫. 


Astagfirullah~


Oh ya, selain itu juga kondisi usus anak juga mempengaruhi nafsu makannya. BAB nya lancar atau nggak? Karena Hening pernah mengalami sembelit. Doi nggak bisa pup 5 hari dan selama 5 hari itu makannya berantakan banget. Curiganya sih karena makan pepaya yang belum mateng banget. 


Sejak saat itu bener-bener memperhatikan kematangan buah yang dia makan. Karena kasihan juga kan kalau sembelit pasti sakit banget 😟. 


#2 Tekstur Makanan

Kalau menurut pengalaman saya, tekstur juga mempengaruhi nafsu makan anak. Ceritanya Agustus lalu Hening kan demam tuh 3 harian. Tapi mengembalikan nafsu makannya bisa sampe semingguan lebih. 


Sebelum sakit, Hening lagi suka makan pake kentang kukus dan sayur yang bisa dikukus kayak labu. Terus lauknya kadang telur diorak-arik, ayam cincang ditumis, dan lain-lain. Nah, setelah sakit, dia sama sekali nggak mau makan kentang. Bahkan buah yang biasanya dia lahap banget juga dilepeh. 


Setelah saya observasi, ternyata dia maunya makan yang lembut dan tinggal telen. Nggak perlu pakai dikunyah dulu. Jadilah kalau kasi makan buah, saya kerok lembut gitu. Kayak tekstur masih bayi. Terus makannya juga maunya bubur. Kan tinggal telen aja tuh. Jadilah doi turun tekstur, yang penting mau makan aja dah pikir saya. 


Sejak saat itu saya jadi menyadari kalau ternyata urusan tekstur ini penting banget. Ya mungkin dia ngerasa tenggorokannya sakit kali ya pas menelan. 


Terus pas udah sembuh banget, dia bakalan nolak dikasi makan bubur lembek. Jadilah pelan-pelan naik tekstur dengan ngasi dia makan arem-arem. Teksturnya agak lembut tapi nggak benyek 😂. 


Jadi kalau anak menolak makan, coba cek teksturnya juga. Karena kan anak lagi latihan sensori juga ya melalui oralnya. Jadi ya gitu deh. 


#3 Sudah Lapar atau Masih Kenyang? 

Nah, kondisi ini juga penting banget ya. Mungkin kalau masih baru MPASI, kita nggak tahu anak udah lapar atau masih kenyang. Lha wong belum bisa ditanyain, selain itu anaknya juga lagi belajar untuk mengenal rasa lapar dan kenyang 🤣🤣. 


Akan tetapi secara instingtif kita sebagai ibu pasti taulah kira-kira si anak sudah lapar atau masih kenyang. Makanya kali ya kenapa perlu dijadwal ngasi makan utama, ngemil dan nyusunya. Karena dengan keteraturan macam gini kan kita bisa memperkirakan kondisi si anak. 


Akan tetapi kadang ya meski sudah diatur atau direncanakan, ya ambyar juga 🤣. Namun kita kan punya insting yah, selain itu juga bisa mengobservasi juga dan memperkirakan apakah si anak masih kenyang atau sudah lapar. 


Untuk usia kayak Hening sekarang saya rasa udah enak ditanya-tanyain. Karena dia sudah bisa memberikan jawaban meski hanya mengangguk dan menggeleng. Biasanya saya tanyakan apa Hening mau makan? Jadi saya kasih dia makan kalau dia mengangguk. Heuheu~


#4 Kualitas Tidur

Kualitas tidur juga mempengaruhi nafsu makan anak. Karena kalau tidurnya nggak nyenyak bikin dia jadi ogah-ogahan buat makan. Ya, namanya juga masih ngantuk. Gimana pula bisa nafsu makannya 😅. 


Saya bersyukur, alhamdulillah, biidznillah  sejak Hening usia 7 bulan udah mulai bisa tidur teratur dan lebih nyenyak. Udah nggak begadang lagi. Sehingga bangun tidur ya dalam keadaan segar bugar. 


Tapi pas usianya masih dibawah 9 bulan, Hening sarapannya puagi banget. Jadi dia bangun jam 5 pagi. Terus ya jam 5 lewat udah mandi lalu sarapan 🤣. 


Lha bijimane?! Umur segitu dia masih napping 2-3 kali sehari. Pagi, siang dan menjelang sore. Alhasil mau nggak mau sarapannya juga pagi banget. Beberapa saat setelah sarapan dia langsung tidur dong 😅😅😅. 


Lesson Learned Dalam Tantangan Pemberian MPASI

Penampakan makannya Hening yang lagi nggak mau makan nasi

Saya rasa setiap orang tua menghadapi tantangan yang berbeda saat pemberian MPASI anaknya. Sehingga cara mengatasinya juga berbeda-beda. Namun yang pasti bagi saya dengan anak yang pemberian MPASI nya nggak mudah, momen ini jadi pendidikan bagi saya untuk lebih sabar. Soalnya saya tuh, ya Allah, emosian banget. Udah gitu gampang sambatan. Jadilah momen ini kayak disuruh latihan sabar sama Allah 🤣. 


Tau sendiri kan tantangan ngasi makan anak tuh nggak hanya sekedar drama dia mau makan apa nggak. Tapi juga tingkahnya saat makan. Kalau masih umur 6 bulan kan masih bisa anteng ya di kursi makan. Lha kalau sudah bisa merangkak apalagi jalan. Byuungg, auto kejar-kejaran 🤣🤣. Ini juga nggak kalah menguras bak mandi 🤣🤣


Kemudian momen ini juga mendidik saya agar tidak memaksakan anak untuk menghabiskan makanannya. Serta agar saya bisa bersikap santai ketika ngasih makan. Bukan dijujugin anaknya. Karena memang anak yang makannya pake drama bikin gemes ya pemirsa. 


Lalu momen ini juga mendidik saya pribadi agar lebih ikhlas. Jangan sampe terucap kalimat, "ibuk ini udah capek-capek masak buat kamu". Jangan ya 🥲. Mendidik anak kan kudu ikhlas ya. Sehingga saya harus berfokus pada kondisi dan kebutuhan anak. Bukan memaksakan kehendak saya 🥲. 


Terus juga saya jadi belajar untuk tidak terlalu kaku dalam menerapkan sebuah teori. Nggak selalu melulu teori itu benar untuk diterapkan secara utuh ke satu orang. Karena seharusnya penerapan teori itu saya rasa bisa dimodifikasi sesuai dengan kondisi. Nggak harus plek ketiplek begitu. 


Saya juga jadi belajar bahwa setiap anak itu unik ya. Termasuk dalam hal pemberian MPASI. Ada anak yang mudah adaptasi sensori oralnya, ada yang nggak. Ada yang mudah naik teksturnya. Ada yang pelan-pelan seperti Hening. Mungkin untuk seusia Hening harusnya sudah bisa makan nasi dengan tekstur orang dewasa. Kalau Hening masih suka yang lebih lembek. Ya, nggak apa-apa bagi saya. Kan dia masih belajar. 


Akan ada waktunya kok bagi anak untuk makan dengan lahap. Ada waktunya ia akan makan dengan tekstur orang dewasa. Ada waktunya dia akan makan makanan yang ada bumbunya seperti soto, asem-asem dan sejenisnya. Serta ada waktunya dia akan pandai makan sendiri.


It takes time. Be calm, ibuk 😇

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment