Tags

Fir'aunistik




Beberapa waktu lalu saya mendengarkan sebuah talkshow yang mengangkat tema tentang defir'aunisasi. Wih, menarik ya temanya. Tapi kalau saya tuliskan ulang pastinya nggak akan menarik lagi. Wkwwkw.


Gara-gara talkshow tersebut, saya jadi suka dengan diksi defir'aunisasi, fir'aunisme, fir'aunistik. Entah sih menurut saya diksi ini bagus aja gitu untuk menampar diri sendiri yang masih memiliki fir'aun dalam diri.


Saya pribadi nggak bisa mengelak bahwa dalam diri saya juga masih ada fir'aunnya. Entah keegoisan saya, ketidak-tawadhu'an saya dalam kehidupan, kesombongan diri saya dan hal lainnya yang membuat sisi fir'aun saya masih hidup.


Kefir'aunan dalam diri ini masih ada bukan berarti nggak pernah sholat dan ibadah lainnya. Alhamdulillah saya jalankan. Tapi yang menjadi pertanyaan, apakah sudah saya jalankan dengan sungguh-sungguh, dengan khusyuk dan juga tawadhu'? 


Atau jangan-jangan semua itu saya kerjakan hanya sekedar untuk menggugurkan tugas saja?


Tapi saya akui ibadah saya adalah untuk menggugurkan tugas. Namun saya juga tetap berusaha untuk meraih ridhoNya. Tentu hanya Dia yang memiliki penilaian akurat mengenai nilai ibadah yang saya lakukan. Hoho


Untuk bisa menghilangkan kefir'aunan dalam diri ini tentunya nggak pernah mudah. Apalagi manusia dilengkapi dengan perangkat lunak bernama nafsu. Akan tetapi nafsu ini bukan sesuatu yang harus dibungkam. Melainkan dijinakkan agar terejawantah menjadi indah. 


Sependek yang saya pahami sih begitu.


Lalu, bagaimana caranya membungkam kefir'aunan diri?


Saya pribadi sih nggak tahu banget seperti apa pastinya. Karena jika misalkan saya menjawab dengan sholat dan mengaji alQur'an. Tapi masih banyak lho orang yang menyombongkan diri karena ibadah yang dilakukan.


Sehingga saya rasa untuk membungkam kefir'aunan dalam diri, kita harus peka banget dengan kehadiran Allah. Ketika kita sadar ada Allah dimana-mana, maka kita akan sadar juga bahwa kita ini bukan siapa-siapa. Kita nggak pernah bisa apa-apa. Karena ada Allah yang Maha Segalanya. 


Allah yang memberikan kita daya untuk bisa tetap beraktivitas dengan baik di dunia. Selain itu juga kita dengan penuh kesadaran juga menyadari bahwa berkat rahmatNya kita bisa melakukan ini dan itu.


Tapi kadang tuh ya kita nggak sadar kalau sudah sombong dengan merasa bahwa kita bisa melakukan ini dan itu karena usaha keras kita sendiri. Padahal mah kalau bukan karena ijinNya, mana bisa kita melakukan ini dan itu.


Astagfirullah..


Itulah kali ya kenapa Alfatihah menjadi induk alQur'an. Selain itu juga selalu dibaca dalam segala kondisi. Karena didalamnya terkandung permohonan untuk ditunjukkan jalan yang lurus. 


Ketika kita memohon untuk ditunjukkan jalan yang lurus, kita juga memohon agar semoga Allah membantu kita meruntuhkan kefir'aunan kita.


Allahu a'lam bishowab.


Semoga tulisan ini tidak mendatangkan kemudharatan bagi diri saya maupun yang membaca. Serta semoga kita selalu di dalam lingkar orbitNya.

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment