Tags

Menyambut Hari nan Fitri Dengan Melakukan Refleksi Diri


Alhamdulillah, sebulan penuh kita menjalani puasa. Saya nggak deng, rusak puasanya banyak. Biasalah perempuan. Hahaha. Walaupun Ramadhan telah berakhir, semoga puasa tetap berlanjut. Karena puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar kan? Tapi juga menahan diri agar tidak tergoda oleh setan. Semoga amalan selama bulan puasa tetap dilanjutkan walaupun Ramadhan telah usia.

Sebelum Ramadhan benar-benar usai, ada baiknya jika kita melakukan refleksi diri. Siapa tahu ada banyak cela yang telah kita lakukan, sehingga membuat amalan ibadah selama Ramadhan ternodai. Secara gitu bulan Ramadhan, hawa pilpres masih tercium, sehingga pasti banyak dari kita yang entah lah sok-sokan ngerti politik. Komentar sana sini, menjelekkan, menghardik, saling mengejek dan lain sebagainya. Kita seringkali tajam keluar, tapi tumpul ke dalam. Banyak mengkritik orang lain, tapi lupa mengkritik diri sendiri. Mengatakan pemimpin zalim, tapi lupa melihat diri sendiri. Padahal diri sendiri ya nggak kalah banyak salah, cela dan hinanya.

Oleh karenanya, penting bagi kita untuk melakukan refleksi diri. Jangan-jangan Allah nggak suka kalau kita berlaku demikian. Jangan-jangan kita masih terlena digoreng oleh kepentingan para elite.

Jujur, saya agak kecewa dengan orang-orang yang sekolahnya tinggi. Tapi banyak dari mereka yang tidak menunjukkan dirinya sebagai orang yang berpendidikan. Ya lihat saja di media sosial, banyak dari mereka asik banget adu pendapat perihal pilihan mereka. Padahal belum tentu pilihan mereka memasukkan mereka ke dalam kepentingan dan prioritasnya.

Makanya, saya memilih untuk melakukan refleksi diri saja. Karena siapa tahu saya pribadi juga ikut-ikutan merusak pahala puasa saya dengan tergeret arus para kaum yang tergoreng. 😂 Bahkan sampai detik ini saya masih menjumpai kaum yang masih senang digoreng oleh berita tak bermutu.

Oleh karenanya, menyambut hari yang fitri ini. Kita harus bisa melakukan tazkiyatun nafs agar kita benar-benar kembali ke fitri. Masak iya sih kita merayakan hari kemenangan tapi penuh dengan kebencian. Ya jangan lah ya pemirsa yang budiman.

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment