Tags

Sikap Para Pembelajar



Akhir-akhir ini kita dihadapi dengan sejumlah masalah yang berkaitan dengan sikap anak-anak sekolahan terhadap gurunya. Berita paling baru adalah seorang murid yang mengangkat kerah baju gurunya karena ditegur ketika merokok. Tentunya hal semacam ini membuat hati kita teriris ya. kok bisa-bisanya seseorang yang seharusnya terpelajar tetapi memiliki akhlak yang tidak mulia terhadap gurunya. Kira-kira apa penyebabnya? Siapa yang patut disalahkan jika ada generasi penerus yang memiliki akhlak kurang baik? Namun pantaskah kita mengata-ngatainya karena sikapnya yang demikian?

Menurut kesimpulan saya dari mendengarkan Ngaji Filsafat Pak Fahruddin Faiz, membaca materi pertama Kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional dan membaca artikel lainya, penyebab dari kurangnya kualitas akhlak dari para terpelajar kita karena akhlaknya belum tertata sebelum mencari ilmu. Kadang orangtua cuma minta anaknya untuk sekolah biar pintar, biar punya kerjaan yang bonafit dan hal duniawi lainnya tapi lupa menata akhlak anaknya sebaik mungkin sebelum mencari ilmu. Alhasil “imun” si anak belum matang dan sempurna ketika keluar untuk mencari ilmu.

Kalau orang yang akhlaknya sudah tertata dengan baik tentunya sudah tahu adab tentang cara menuntut ilmu, sikap terhadap sumber ilmu, sikap terhadap guru dan sikap terhadap sesama makhluk Allah. Seseorang yang masih semberono, belum bisa dikatakan sebagai seorang yang berilmu sekalipun pengetahuannya tentang ini dan itu sudah banyak. Karena biasanya orang yang berilmu itu pasti tahu cara menjaga dirinya dan tahu batasan diri dalam berkehidupan.

Mencari Ilmu Hukumnya Wajib Bagi Manusia


Manusia adalah makhluk Allah yang sangat istimewa, karena hanya manusia yang dianugerahi dengan kewajiban untuk mencari ilmu. Manusia itu selain punya perasaan, juga punya akal. Ilmu lah yang paling mampu untuk mensinkronisasi kedua software tersebut, memperlembut tapi juga menajamkannya. Akan tetapi, sebelum kita mencari ilmu harus tahu adabnya, agar kita dimudahkan dalam mencari ilmu dan ilmu itu bisa berbuah berkah. Akan tetapi banyak dari pencari ilmu terlalu terburu-buru dalam mencarinya. Sehingga akan sulit untuk membuka kunci dari pintu ilmu itu sendiri dan akhirnya berkahnya nggak nyampe.

Kalau kata Imam Al-Zarnujy, “Banyak orang yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu tapi tidak banyak yang mendapatkan manfaat dari ilmu itu. Hal ini terjadi karena cara menuntut ilmunya yang keliru”. Kekeliruan dalam menuntut ilmu biasanya terjadi karena akhlak kita yang belum tertata.

Lalu bagaimana jika ada orang yang pintar dan sukses walaupun akhlaknya kurang baik?

Dalam Islam, hal semacam ini kita sebut dengan istidraj. Istidraj ini semacam orang yang diberikan kelimpahan rejeki oleh Allah walaupun masih sering melakukan maksiat. Hal seperti ini biasanya berkahnya nggak nyampe. Orang-orang semacam ini biasanya diibaratkan dengan pengamen yang suaranya jelek. Sehingga orang yang mendengarkan nyanyiannya buru-buru ngasih dia uang biar cepat pergi. Tentu kita tidak mau menjadi golongan seperti ini bukan?

Kenapa sih kok kita diminta untuk mencari ilmu?

Karena memiliki ilmu adalah tanda bahwa kita ini adalah manusia yang berakal. Hal inilah yang membedakan kita dengan hewan. Selain itu, dengan ilmu derajat kita akan dinaikkan oleh Allah, kebahagiaan kita menembus batas dimensional yaitu bahagia dunia dan akhirat, dan sebagai perantara untuk kita berbuat baik dan bertakwa.

Ketika kita mencari ilmu, pastikan niatnya tidak hanya untuk kesenangan duniawi semata. Namun juga untuk kebahagiaan akhirat. Karena sayang banget kalau cuma untuk kebahagiaan dunia. Khawatirnya jika mencari ilmu hanya untuk kesenangan duniawi, kita akan jadi gelap mata. Sehingga kita buta akan isyarat-isyarat dari Allah, ilmunya nggak berkah, ilmunya tidak bisa diamalkan dan malah hanya menjadi perusak bagi diri sendiri dan orang lain.

Salah satu contohnya adalah para koruptor. Nggak sedikit lho dari para koruptor itu datang dari orang-orang yang sekolahnya tinggi. Saya pribadi tidak bisa menyebut mereka sebagai orang yang berpendidikan, karena orang yang berpendidikan sudah pasti tahu kalau korupsi itu tidak baik. Saya yakin banget kalau orang-orang yang korupsi tapi sekolahnya tinggi salah satunya karena niat sekolahnya keliru. Entah itu untuk menambah pundi-pundi kekayaannya, entah demi popularitas, atau hal lainnya. Sehingga mereka dibutakan oleh dunia.

Ya benar memang orang hidup butuh uang dan lainnya. Tapi hal semacam itu tidak bisa kita jadikan sebagai tujuan. Karena kalau niat mencari ilmu sudah tepat yaitu untuk mendapatkan ridho Allah, maka hal-hal yang sifatnya untuk menunjang kebutuhan duniawi akan mengikuti dan insyaa Allah pasti tercukupi.

Kayak katanya Cak Nun dalam bukunya Hidup Itu Harus Pintar Ngegas dan Ngerem, bahwa kita hidup itu adalah untuk ibadah baik secara vertikal (Kepada Tuhan) maupun secara horizontal (sesama manusia dan makhluk Allah lainnya). Ibadah itu sifatnya melayani. Semakin kita melayani maka kreativitas kita akan semakin terasah. Hal ini berarti, semakin kreativitas terasah maka kebutuhan dunia akan tercukupi. Kuncinya adalah ikhlas Lillahita’ala dalam mengerjakannya.

Mencari ilmu juga untuk memerangi kebodohan diri dan juga orang lain. Dalam hal ini berarti koruptor yang sekolah tinggi belum berhasil memerangi kebodohan dalam dirinya karena masih melakukan kebodohan. Alhasil mereka menulari kebodohannya kepada orang lain. Semoga kita tidak termasuk dalam orang-orang seperti ini ya.

Makanya nih Imam Al-Zarnujy mengatakan bahwa barangsiapa yang menemukan kenikmatan ilmu dan mengamalkannya. Maka ia tidak akan tertarik dengan keduniaan. Maksudnya bukan kita tidak peduli dengan kebutuhan duniawi kita. Akan tetapi kebutuhan duniawi macam harta, tahta dan penghormatan bukan hal utama yang kita cari, melainkan ridhoNya lah yang paling utama. Kebutuhan duniawi seperti itu adalah efek dari amalan kita terhadap ilmu. Oleh karenanya mencari ilmu itu kudu wajib ikhlas. Agar kita selalu dibimbing di jalan yang lurus. Sehingga berkahnyapun dapat kita nikmati.

Ilmu yang Wajib Untuk Dipelajari dan Diamalkan.

Terdapat dua jenis ilmu yang perlu untuk kita cari yaitu ilmu agama dan ilmu dunia (ma’isyah). Ilmu agama ini maksudnya adalah ilmu fiqih (muamalah) dan ilmu ushluhuddin (dasar-dasar agama) seperti tata cara solat wajib, tata cara berhaji, tata cara berzakat dan sebagainya. Sedangkan ilmu dunia adalah yang sesuai dengan bakat yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Misalnya seperti ilmu bertani, ilmu psikologi, ilmu tata kota dan ilmu lainnya. Hal penting lainnya, selain ikhlas, dalam menuntut ilmu dunia itu, pastikan ilmu tersebut dapat membuat kita lebih dekat kepada Allah dan membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Adab Menuntut Ilmu Menurut Imam Al-Zarnujy

1. Memiliki cita-cita yang tinggi;
2. Menjadikan ilmu sebagai prioritas;
3. Memuliakan kitab (untuk konteks ;zaman ini adala sumber ilmu apapun);
4. Tidak bermewahan;
5. Menghindari sumber kemalasan;
6. Tidak makan berlebihan;
7. Tidak tidur berlebihan
8. Tidak membuat dirinya susah sehingga menjadi lemah dan tidak mampu
9. Menghindari permusuhan dan perdebatan
10. Tidak mudah panik dan bingung sehingga terhindar dari terlalu mudah menyebarkan hoax
11. Tidak menyembunyikan ilmu
12. Tidak tergesa-gesa
13. Tidak banyak bicara hal yang tidak berguna
14. Tidak melakukan hal-hal yang tidak berfaedah.

Setiap manusia itu adalah pembelajar. Setiap pembelajar itu sudah pasti mulia. Sehingga jemputlah kemuliaan itu dengan cara yang mulia juga.

Semoga kita selalu diberikan kekuatan dalam mencari ilmu dan mengamalkannya, disucikan niatnya agar mendapatkan barokahnya ilmu dan semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk Anda para pembaca yang budiman. Terima kasih telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini. Barakallahu fiikum.

Referensi :
  1. Ngaji Filsafat : Ta’lim Al-muta’alim dari kita Burhanuddin Al-Zarnujy yang dibawakan oleh Dr Fahruddin Faiz di Masjid Jenderal Sudirman, Jogjakarta. Diupload di MJS Channel, Youtube.
  2. Materi pertama Kelas Matrikulasi, Institut Ibu Profesional tentang Adab Sebelum Ilmu.
  3. Emha Ainun Najib, Hidup Itu Harus Pintar Ngegas dan Ngerem, penerbit : Noura Publisher.
Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment