“Ibu adalah madrasah utama bagi anak-anaknya”
Tentu ungkapan tersebut sudah
tidak asing lagi bagi kita dimana seorang ibu menjadi madrasah utama bagi
anak-anaknya. Pendidikan utama seorang anak sejatinya adalah ada ditangan
orangtuanya, terutama ibu. Hal ini berarti setiap ibu diwajibkan untuk memiliki
bekal agar bisa mendidik anak-anaknya. Begitu juga yang dilakukan oleh Mbak
Dian Kusumawardani dimana beliau menerapkan Home Education (HE) bagi
anak-anaknya.
Sedikit cerita tentang profil
Mbak Dian dimana beliau adalah seorang ibu dengan 2 orang anak yang
cantik-cantik. Selain menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT), beliau juga adalah
seorang Home Educator Omah Rame bagi anak-anaknya, Kadiv Edupel AIMI JATIM, Manajer
Online IIP Surabaya Raya, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, dan
juga seorang blogger. Beliau sudah menelurkan beberapa buku antologi seperti
Jibaku Post Power Syndrome Fulltime Mom, 33 Kisah Me Time Perjalanan Ibu
Bahagia, Jurnal Ibu Pembelajar. Kebetulan saya dan Mbak Dian sama-sama menjadi
Pengurus Kota IIP Surabaya Raya di Divisi Online.
Pada hari jum’at tanggal 9 Maret
2018 lalu, di WAG ODOPfor99days telah diadakan kulwap bersama Mbak Dian
Kusumawardani dengan tema “Ibuku Sekolah Terbaikku”. Tema kulwap tersebut
diangkat dari buku solo pertama yang ditulis oleh Mbak Dian dengan judul yang
sama. Buku tersebut berisikan kegiatan Mbak Dian dalam menerapkan HE kepada
anak-anaknya. Landasan utama yang digunakan oleh Mbak Dian dalam menerapkan HE adalah
Fitrah Based Education (FBE). FBE itu sendiri digagas oleh Ustad Harry Santosa.
Home Education itu Apa Sih?
Mungkin banyak dari kita yang
menganggap bahwa HE itu sama dengan Home Schooling (HS). Pada dasarnya HE dan
HS itu suatu hal yang berbeda. Memang betul dua-duanya berjalan pada jalur
pendidikan untuk anak-anak. Namun dilihat dari sifatnya, HE bersifat WAJIB,
sedangkan HS bersifat SUNNAH. Maksudnya adalah HE wajib diterapkan oleh setiap
orangtua kepada anaknya, sedangkan HS adalah hanya salah satu metode sekolah. Sehingga
orangtua yang menyekolahkan anaknya disekolah formal, non-formal maupun
informal wajib untuk menjalankan HE bagi anak-anaknya. Karena anak pertama dari
Mbak Dian sendiri juga saat ini sedang bersekolah di sekolah formal. Namun Mbak
Dian tetap menjalankan HE. Poin penting dari HE itu sendiri adalah iqro’
(bacalah!) dan thalabul ilmi (menuntut ilmu).
Menurut Mbak Dian, dalam memulai
HE itu sendiri, orangtua harus melakukan pembersihan jiwa terlebih dahulu,
menundukkan segala egonya. Sehingga dalam menjalankan HE, orangtua tidak
menganggap dirinya sebagai guru dan anak sebagai murid. Melainkan orangtua
menjadi fasilitator. Dan tentunya Mbak Dian dalam menjalankan HE, Mbak Dian
melakukan kesepakatan dengan suaminya agar dalam prosesnya dapat berjalan
selaras dan seimbang.
Dalam menjalankan HE ini Mbak
Dian membuat kurikulum sendiri bagi anaknya dengan menggunakan framework dari
FBE. Tentunya dalam hal ini saya jadi mendapatkan wawasan baru mengenai FBE. Walaupun
sebenarnya saya masih harus belajar banyak tentang FBE ini karena saya rasa
memang sangat penting untuk diterapkan dalam pendidikan.
Contoh Kurikulum Anak Pertama Mbak Dian |
Sependek pengetahuan saya, dalam membuat kurikulum tidak ada patokan baku. Yang pasti disesuaikan dengan kondisi anak dan keluarga kita. Sehingga orangtua bebas untuk menyusun kurikulum yang unik dan sesuai kebutuhan.
Berbicara tentang fitrah, saya teringat dengan kutipan sajak dari W.S Rendra yang mengatakan :
Berbicara tentang fitrah, saya teringat dengan kutipan sajak dari W.S Rendra yang mengatakan :
“Bukan maut yang menggetarkan hatiku. Tetapi hidup yang tidak hidup karena kehilangan daya dan kehilangan fitrah”~ W.S Rendra
Dari kutipan sajak tersebut dan
dari apa yang yang sudah dilakukan oleh Mbak Dian dalam mendidik anak-anaknya
berlandaskan framework FBE, menyadarkan saya bahwa, saya memang harus
benar-benar belajar dan memahami lebih dalam lagi tentang fitrah. Karena hidup
tanpa berjalan di koridor fitrah dapat membuat jiwa berkelana tanpa tujuan dan
mungkin menghilang tanpa jejak #tsaahh.
Oh ya, yang keren dari Mbak Dian
adalah dari segala macam kesibukannya baik menjadi IRT, pengajar, penulis dan
berkomunitas, beliau mampu merampungkan buku solonya ini dalam waktu 6 bulan. Keren
banget nggak sih?! Salut euy! Saya pribadi saja belum tentu mampu untuk
menyelesaikan tulisan secepat itu. Membuat 5 lembar tulisan untuk project
antologi saja selesainya lama sekali. Emang dasar sayanya sih yang malas. Haha..
Yups, sekian rangkuman singkat
dan juga kesan saya tentang kulwap Jum’at dengan tema Ibuku Sekolah Terbaikku
dengan narasumber Mbak Dian Kusumawardani. Oh ya, beliau bisa disapa di akun
Facebooknya : Dian Kusumawardani atau bisa juga cek blognya www.deestories.com
FBE itu apa mbak?
ReplyDeleteSepakat sekali, setiap anak itu unik, jadi kurikulumnya juga disesuaikan dengan kondisi si anak
Fitrah based eduaction mbak. Ada bukunya karya ust harry santosa. Bisa tilik di akun fb beliau juga. Hehe
DeleteWah mba makasih banyak sharenya. Ilmunya daginggggg bangettt. Saya juga tau apa yang akan saya ajarkan pada anak. Cuma jeleknya belum sempet dibikin programnya. Jadi langsung dipraktekkan dalam kehidupan sehari2 pda anak. Jdi ngerasa PR juga nih dari dulu bkin program anak agar lbh tersusun aja. Bukan hanya sekedar di luar kepala
ReplyDeleteWah, terima kasih apresiasinya mbak. Saya juga nih butuh banyak belajar lagi. Semoga dimudahkan dalam membuat program ya mbak :)
DeleteWah makasih mbak penjelasannya, jadi tau bedanya HE dan HS heehe
ReplyDeleteWah, mbak septi pasti udah pengalaman soal ini mah. Ehehe
DeleteWah berarti mamaku sedari aku kecil di jamannya sudah melakukan HE ya. Baru tau namanya, mba. Terima kasih tulisannya.
ReplyDeleteWaahh kereenn udah bisa merasakan HE. Samasama mbak😊
Delete