Judul Buku : Anak Rantau
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : PT Falcon
Ahmad Fuadi memang selalu memberikan hal yang baru pada
setiap novelnya. Selalu ada hal yang tak pernah disangka-sangka terjadi pada
tiap cerita dalam novelnya. Seperti pada novel Anak Rantau ini. Hepi sebagai pemeran utama dalam buku
ini adalah seorang anak bujang yang masih duduk di bangku SMP. Ia diajak oleh
ayahnya pulang kampung ke Sumatera Barat. Pada awalnya, Hepi kira Ia pulang
kampung hanya sekedar untuk berlibur. Ternyata eh ternyata, ayah Hepi
menitipkan Hepi kepada kakek neneknya disana untuk di didik dan bersekolah
disana.
Hepi sangat marah dengan keputusan sepihak ayahnya. Ia
benar-benar sangat marah kepada ayahnya. Oleh karenanya, ia ingin membuktikan
bahwa ia bisa kembali ke Jakarta dengan hasil keringatnya sendiri.
Petualangan Hepi bersama dua kawannya, Zen dan Attar,
memberikan banyak sekali pelajaran bagi Hepi. Awalnya Hepi tidak suka dibiarkan
tinggal dan bersekolah di kampung dimana suasananya kampungnya tidak sama
seperti ketika ia tinggal di Jakarta dulu. Namun lama kelamaan, dia menjadi
betah tinggal di kampung tersebut.
Karakter Favorit
Karakter favorit saya dari buku ini tentunya adalah Pandeka
Luko. Seorang pejuang yang dilupakan bahkan diasingkan oleh orang kampungnya.
Oleh karenanya, Pandeka Luko menghabiskan hidupnya di dalam rumah usangnya. Ia
tidak pernah memperdulikan perlakuan orang kampung terhadap dirinya. Ia tidak
pernah memperdulikan dirinya yang selalu di fitnah.
Hikmah Yang Dapat
Dipelajari
Hikmah yang dapat di ambil dari cerita dalam novel ini
adalah berdamailah dengan diri sendiri dan maafkanlah sikap orang lain terhadap
diri sendiri demi ketenangan jiwa dan pikiran.
Martiaz (bapak kandung Hepi) kabur dari rumah karena sikap bapaknya
terhadap dirinya.
Hepi menyimpan marah kepada ayahnya sendiri karena ia
ditinggalkan begitu saja di kampung bersama kakek dan neneknya.
Pandeka Luko menghabiskan masa tuanya di dalam rumah usang
bersama saudaranya dan berkontemplasi untuk bisa menerima sikap orang kampung
terhadap dirinya.
Datuk (ayah Martiaz yang juga kakeknya Hepi) ingin menebus
dosa terhadap anaknya dengan memakmurkan kembali surau.
Setiap kisah dalam novel ini adalah tentang memaafkan,
ikhlas dan berdamai dengan diri sendiri.
Pelajaran yang masih sangat membekas adalah tentang Pandeka
Luko. Dari kisah Pandeka Luko mengajak pembaca, termasuk saya pribadi, untuk
lebih tabayyun terhadap setiap informasi yang ada. Jangan terburu-buru percaya,
jangan terburu-buru menyebarkan berita tersebut namun cari tau terlebih dahulu
kebenarannya. Jangan sampai kita berkontribusi untuk menyebarkan kabar burung
kepada orang lain.
Selamat membaca dan berkontemplasi bersama
Hepi dan kawan-kawan...
Review-nya keren, jadi pengen punya bukunya :)
ReplyDeletecuss toko buku mbak. heheh
Deletepenasaran baca bukunya apalagi pesan yang terakhir mba sampaiakn jangan buru2 percaya mesti tabayun sayangnya sekarang lebih suka muntahan orang lain daripada cari tahu kebenarannya y mb
ReplyDeletecuss toko buku mbak. hehe.. betul mbak. kita harus hati2 banget dalam menyebarluaskan informasi biar ga bias. hehe.. selamat membaca..
Delete