Tags

Lesson Learned Dari Film Joker


Akhirnya malam minggu kemarin saya dan Dana menonton Film Joker. Awalnya kami berencana untuk tidak nonton film di bioskop. Karena merasa kok nggak ada film yang bikin hati tertarik gitu. Hahaha. Eh, eh, eh, gegara ada yang cerita kalau film Joker dan Rambo bagus terus lihat-lihat reviewnya juga tinggi, kami pun menjadi tergoda. Setelah menimang-nimang, akhirnya kami memutuskan untuk nonton Joker saja. Hahahha. 
 
Saya pribadi sama sekali nggak pernah nonton film Joker sebelumnya. Entah ya, melihatnya serem gitu. Hahaha. Akan tetapi karena sekarang sudah ada partner nonton yaitu Pak Bojo, cuss lah ke bioskop. Asal nggak diajak nonton film horor aja sih. Serem euy.

Menurut saya filmnya joker ini nggak seram walaupun ada adegan pembunuhan. Benar memang nuansa yang diciptakan gelap banget. Akan tetapi saya pribadi lebih banyak kasihannya kepada si Joker atau Arthur Fleck. Sehingga saya nggak terlalu merasakan sisi gelapnya. Haha. Bagi saya film ini pengingat banget. Sehingga saya yakin banget yang udah nonton pasti akan mendapatkan banyak sekali pelajaran dari film ini. Selain itu juga film Joker dapat membangun kesadaran kepada penonton termasuk perihal depresi. 

Joaquin Phoenix x Arthur Fleck (Joker)
Arthur Fleck digambarkan sebagai seorang pria yang bekerja sebagai badut. Akan tetapi disepanjang hidupnya Arthur seringkali mendapatkan kekerasan fisik oleh orang disekitarnya. Hal tersebut membangkitkan monster di dalam dirinya. Sehingga tanpa disadari ia menjelma sebagai seseorang yang kejam. Dari apa yang dialami oleh Arthur Fleck benar-benar memberikan banyak pelajaran untuk saya pribadi sebagai penonton. 


Apa aja sih lesson learned yang di dapat dari film Joker? Kuy disimak..

Wounded Inner Child Menyebabkan Depresi



Arthur mengalami neurological disorder
Pada pertengahan film, ada adegan Arthur pergi ke rumah sakit jiwa untuk mencari data Penny Fleck, ibunya. Dari data tersebut diketahui bahwa Penny Fleck mengalami mental illness yaitu delusional dan narsistik. Dari data tersebut juga Arthur mengetahui bahwa dirinya ternyata anak adopsi, bukan anak kandung Penny dan Thomas seperti yang dikatakan oleh Penny sebelumnya. 

Sewaktu kecil Arthur sering mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh Penny dan pacarnya. Kekerasan fisik itulah yang menyebabkan Arthur mengalami gangguang pada otaknya. Sehingga ia sering tertawa pada waktu yang tidak semestinya. Bahkan dalam keadaan sedih pun ia tertawa terbahak-bahak. 
 
Selain mengalami gangguan pada otaknya, Arthur juga mengalami mental illness yang saya simpulkan disebabkan oleh perlakukan kejam Penny dan pacarnya. Menurut saya, mental illness yang dialami oleh Arthur terjadi karena ia mengalami wounded inner child yang masih belum sembuh dan bahkan tidak ia sadari. Wounded inner child tersebut kemudian terinternalisasi di dalam otak bawah sadarnya. Kemudian hal tersebut membuat Arthur mengalami depresi berat. Hal inilah yang menyebabkan ia sering datang ke psikiater untuk mendapatkan obat penenang.

Apa itu wounded inner child?

Sependek yang saya tahu, wounded inner child adalah luka pengasuhan di masa lalu. Penyebabnya ada banyak rupa seperti sering dibentak, dipukul, diremehkan atau dibanding-bandingkan. Intinya adalah kekerasan fisik atau verbal yang terinternalisasi pada otak bawah sadar anak. Sehingga kemudian berdampak pada kondisi kejiwaannya. Memang tidak semua orang yang mengalami wounded inner child juga mengalami depresi. Tentu saja tidak. Semua itu tergantung dari pengalaman hidup dan juga kesadaran-kesadaran yang tumbuh dalam diri masing-masing individu. Akan tetapi kita perlu tahu bahwa kekerasan fisik ataupun verbal yang dilayangkan kepada anak perlu dihindari. Karena wounded inner child ini tidak jarang memberikan dampak yang sangat buruk dikemudian hari.

Oleh karenanya banyak pakar yang menyarankan agar seseorang yang mengalami wounded inner child untuk melakukan terapi. Entah itu terapi yang dibantu oleh terapis ataupun self-healing. Seseorang yang belum berdamai dengan inner childnya rentan untuk menyakiti dirinya sendiri ataupun menyakiti orang lain. Itu pun terkadang tindakan yang dilakukannya sering kali tanpa sadar. Sehingga inner child tersebut perlu untuk disembuhkan terutama sebelum seseorang itu menikah. Karena nantinya akan mempengaruhi hubungannya dengan pasangannya.

Dari pengalaman Joker bisa dirasakan banget bahwa pola pengasuhan menjadi sangat krusial. Kadang orang tua sering menjadikan alasan sayang atau biar kapok sehingga orang tua tega berlaku kejam kepada anaknya, baik fisik maupun verbal. Benar memang menjadi orang tua itu tidak mudah. Apalagi setiap hari harus bergumul dengan segala bentuk aktivitas yang mempengaruhi emosi. Sehingga tidak jarang dilampiaskan kepada anak. Akan tetapi perlu diingat juga, bisa jadi orang tua yang kasar terhadap anaknya juga karena ia diperlakukan secara kasar oleh orang tua nya di masa lalu. Sehingga akhirnya akan menambah panjang rantai pola asuh dengan kekerasan secara turun temurun. 

Pengalaman dari Joker ini juga mengingatkan saya dengan prinsip pengasuhan orang Denmark yang mana anak yang bahagia diasuh oleh orang tua yang bahagia dan nantinya akan menghasilkan anak yang bahagia pula. Begitu juga sebaliknya, anak yang tidak bahagia diasuh oleh orang tua yang tidak bahagia. Sehingga ada kemungkinan ia pun akan melakukan hal yang sama kepada anak-anaknya dikemudian hari.

So, yuk kita putus mata rantai negative parenting dimulai dari diri kita.

Adab Itu yang Utama

Joker dan Murray Franklin
Ketika Arthur diundang ke acara Murray Franklin, Arthur mengungkapkan secara jujur bahwa ia yang telah membunuh 3 anak muda di kereta api bawah tanah. Hal ini tentunya mengejutkan Murray, bintang tamu lainnya dan juga para penonton. Saat itu ada 1 kalimat dari Arthur yang menjadi strong messege banget buat saya. Arthur mengungkapkan kekecewaannya bahwa banyak orang yang tidak beradab. Hal ini dikarenakan sepanjang hidupnya ia sering mengalami siksaan dan juga ia merasa terpinggirkan. Perlakuan lingkungannya yang kejam dan tidak beradab terhadap Arthur menambah depresi yang dialaminya. Arthur menjadi mudah emosi dan tersinggung. Sehingga tanpa sadar ia menjadi orang yang juga kejam kepada orang lain dan menganggap tindakan perlawanannya sebagai hal yang wajar. Akan tetapi menariknya, ia hanya kejam kepada orang yang terlebih dahulu jahat kepadanya. Tapi teteup ya, tindakan ini tidak untuk ditiru.

Dari ungkapannya tersebut menjadi pengingat banget untuk diri saya sendiri, betapa saya pun bertanggung jawab atas jiwa orang lain. Selain itu betapa pentingnya adab dalam bertutur kata dan bersikap. Karena saya tidak akan pernah tahu apa yang sedang dialami oleh orang tersebut. Sehingga saya tidak bisa seenaknya saja dalam berucap ataupun bertindak, walaupun niatnya bercanda. Khawatir hal tersebut hanya akan mendatangkan masalah baru bagi orang tersebut. Oleh karenanya adab ini menjadi penting banget, karena hal tersebut nantinya akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap, bertutur kata, dan mengambil keputusan. Makanya Cak Nun dalam banyak kesempatan selalu mengingatkan untuk memperkuat akhlak. Karena akhlak ini adalah yang utama. 

Disadari atau tidak, sebenarnya sering kali sikap negatif yang muncul pada diri seseorang disebabkan oleh perilaku ataupun ucapan orang-orang disekitarnya terhadap dirinya. 
 
Saya pribadi sadar banget sih kalau saya ini bercandanya suka kelewatan. Ngegas banget kayak motor yang remnya blong. Kadang mulut sama jempol sering kali bablas dalam menyampaikan pendapat. So, mohon maaf bagi kalian yang pernah merasa tersakiti oleh saya ya. 

Seperti kata Cak Nun bahwa kata-kata pun memiliki hijab. Sehingga tidak semua perlu untuk disampaikan. Gunakanlah pertimbangan hati dalam berucap agar hubungan antar manusia tetap terjalin dengan indah. Huhu, padahal kalimat ini sering banget ku baca di buku beliau, tapi masih belum juga terinternalisasi pada otak bawah sadar saya. Jin dan setan dalam diri ini memang sulit sekali dikendalikan. Huhu..

Depresi itu Nyata



Depresi ini menjadi hal yang masih tabu banget di Indonesia. Sehingga hal ini menyebabkan banyak orang yang terdiagnosa depresi menolak hasil diagnosa tersebut. Karena paradigma yang berkembang di masyarakat bahwa depresi itu kan seperti orang yang sakit jiwa. Padahal nggak gitu juga maksudnya ya. 

Selain itu minimnya pengetahuan masyarakat tentang depresi juga menyebabkan masyarakat kita jadi mudah underestimate pada orang yang mengalami depresi. Bahkan ada juga yang membully mereka yang mengalami depresi. Padahal seharusnya kita berempati ya kepada orang yang mengalami depresi. Agar beban yang dirasakan penderita tidak bertambah.

Saya rasa edukasi mengenai depresi ini menjadi penting banget. Agar masyarakat banyak yang tahu dan sadar tentang penyebab depresi, cara mengatasinya dan juga cara kita bersikap kepada orang yang mengalami depresi. Jika masyarakat semakin teredukasi, maka banyak masyarakat yang makin tumbuh empatinya. Selain itu seseorang yang terindikasi depresi juga lebih cepat melakukan terapi dan juga tidak malu dengan apa yang dideritanya.

Tapi saya nggak tahu siapa yang sebenarnya memiliki tanggung jawab atas edukasi seperti init. Heuheu.

Mental Health Berhubungan dengan Spiritualitas



Pada film kan ada adegan Arthur mengkonsumsi obat, resep dari psikiaternya. Akan tetapi obat tersebut hanya memberikan perasaan tenang sementara. Tidak totally menyembuhkan. Sehingga dari hal tersebut saya berkesimpulan sebenarnya obat tidak benar-benar mampu meminimalisir depresi yang diderita oleh penderita. Karena kalau tidak ada aspek lain yang mampu mendukung untuk meminimalisir depresinya ya sulit juga.

 Contoh kasus seperti yang dialami oleh Jong Hyun Shinee. Saya pernah membaca disalah satu web yang menceritakan isi surat Jong Hyun. Dalam surat tersebut Jong Hyun bercerita bahwa ia tak membutuhkan obat untuk mengurangi depresinya. Ia butuh seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Ia nggak mau mendengarkan nasihat untuk bersabar ataupun pergi mengunjungi dokternya.

Duh, baca suratnya Jong Hyun itu nyakitin banget lah sumpah.
 
Entah ya, menurut saya pribadi salah satu cara untuk mengatasi mental illness ya dengan meningkatkan spiritualitas. Walaupun ada yang beranggapan bahwa mental illness nggak ada hubungannya dengan spiritualitas. Tapi bagi saya anggapan tersebut keliru. Bagaimanapun kondisi jiwa seseorang pasti sangat berhubungan dengan spiritualitasnya. Semakin baik spiritualitasnya, semakin baik juga jiwanya dan juga berdampak pada kesehatan fisiknya. Begitu juga sebaliknya.

Akan tetapi bukan berarti saya menganggap orang yang mengalami mental illness adalah orang yang kurang iman lho ya. Tentu tidak. Memberikan masukan kepada orang yang mengalami mental illness juga bukan dengan memintanya sering-sering berdo’a atau rajin beribadah. Ya nggak gitu juga, Mali. Tapi mungkin bisa dengan menjadi pendengar yang baik, lalu berdiskusi sambil nyerempet-nyerempet ke hal-hal yang berbau spiritual. Tapi saya pribadi juga nggak tahu teknis yang baik seperti apa. Hahah. Nantilah cari gurunya dulu. Haha

Saya pernah menonton ceramahnya Nouman Ali Khan. Dalam ceramah tersebut NAK bercerita tentang temannya yang menjadi psikiater atau apa gitu saya lupa. Pokoknya temannya itu bekerja di rumah sakit jiwa. Salah satu terapi yang diberikan kepada pasiennya adalah dengan meminta mereka menengadahkan wajahnya ke langit. Terapi ini ia ambil dari salah satu ayat Alqur’an. Saya pribadi juga lupa surat apa dan ayat berapa. Lupa juga judul ceramahnya apa. Huhu. Dasar diriku..

Karena ceramah tersebut, saya jadi bertanya-tanya, apa mungkin langit diciptakan berwarna biru karena secara psikologis warna biru itu memberikan ketenangan? Wallahualam.

Sekian lesson learned yang saya dapatkan dari film Joker. Semoga tidak ada joker-joker lainnya yang bermunculan ya. Semoga juga semakin banyak orang yang paham akan pentingnya memiliki empati terhadap penderita depresi.

Oh ya, jangan pernah mengajak anak kecil menonton film ini ya. Bahaya! Selain itu jika Anda memiliki masalah mental juga tidak saya sarankan untuk ditonton. Lebih baik nonton yang lucu-lucu aja karena lebih menenangkan. Hehehe...

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

2 comments

Post a Comment