Tags

Do'a di Secarik Kertas



Sekitar 4 tahun yang lalu adalah saat pertama kali saya mengenal Ustad Felix Siauw (selanjutnya ditulis UFS) melalui medsos. Saya bukan big fan UFS, hanya sekedar salut dengan perjalanannya mencari agama yang tepat bagi beliau untuk di imaninya. Pernah sempat membaca bukunya "Udah Putusin Aja" dan "Yuk Berhijab". Eh. Bener nggak ya itu judulnya?! Saya lupa. Haha. Selain itu saya juga sering menonton video dakwahnya di Youtube.

Hal yang paling saya ingat ketika menonton salah satu video dakwahnya yang dilaksanakan di Amerika oleh ICMI, beliau bilang "Bapak-bapak, jangan pernah merasa minder kalau istri bapak memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari Anda. Justru Anda harus bangga karena istri Anda adalah madrasah utama bagi anak-anaknya. Seorang wanita harus memiliki pendidikan yang tinggi karena merekalah guru utama bagi anak-anaknya". Entah, setelah mendengar kalimat tersebut, saya seperti mendapatkan suntikan semangat untuk menyelesaikan kuliah saya. Kebetulan waktu itu saya sudah semester 8.

Setelah menyelesaikan menonton video UFS, saya langsung mengambil selembar kertas yang ada di atas rak buku. Kemudian saya menuliskan rencana-rencana masa depan saya. Saya masih mengingat jelas isinya, diantaranya adalah :
  1. Bulan Maret 2014 saya harus sudah wisuda. Saat itu usia saya 23 tahun (kebetulan saya memutuskan untuk mundur hingga semester ke 9).
  2. Setelah lulus S-1, saya harus sudah bekerja. Terserah dimanapun, yang penting pernah ngerasain jadi orang kantoran walaupun hanya 1 tahun. That's enough!
  3. Saya harus kuliah lagi. Entah, saya harus kuliah lagi di Malang lagi, atau mungkin di Surabaya. Kemungkinan saat itu usia saya 24 tahun.
  4. Setelah lulus saya berharap langsung bisa menikah. Surely with the one that i love.
  5. Saya berharap untuk tidak bekerja melainkan menjadi full time mother and wife. I hope so!
Lalu Kemudian...
 
Saya lulus di semester ke 9 dengan segala peluh, pahit, sakitnya skripsi yang bikin saya pingin berhenti kuliah. Lol. How vulnerable i was at that time. Fiuh! Kemudian saya diterima kerja di salah satu pengembang properti di Malang beberapa minggu sebelum saya wisuda S-1. Bukan pengembang besar, tapi cukup memberikan banyak pengalaman dalam berbagai aspek.

Setelah bekerja sekitar 1,5 tahun saya memutuskan untuk resign. Ternyata bekerja di kantor bukan saya banget. Karena saya tidak suka hanya sekedar diam di dalam kantor. Sehingga ketika saya merasa bosan, saya pergi ke lapangan walau hanya sekedar mengecek progres pekerjaan tukang (walaupun bukan tugas saya) ataupun sekedar say hello dan ngobrol dengan para tukang. It was fun, anw. 

Selama tenggat waktu 1,5 tahun untuk berpikir haruskah melanjutkan kuliah atau bekerja saja. Saya sempat menggugurkan niat saya untuk melanjutkan kuliah dengan alasan orang tua saya harus membiayai kuliah saya lagi. Karena saya pribadi belum sanggup untuk membiayai kuliah S2 dengan gaji saya yang tidak seberapa. Tapi orang tua saya tidak masalah jika harus membiayai lagi bahkan mereka senang (how lucky i am). 

Niatan untuk kuliah bangkit lagi setelah membaca novel trilogi Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Setelah itu saya rajin belajar untuk persiapan TPA. Kemudian mencari-cari bidang yang cocok untuk saya pelajari selama S-2 nanti. Sempat terpikir untuk daftar di ITS Surabaya. Namun kemudian saya urungkan karena di Malang saya sudah bekerja dan mencoba mencari peluang untuk kuliah di UB. Tapi ternyata niat saya untuk resign  lebih besar karena sudah terlalu sangat tidak betah di kantor. Sehingga saya ngbonek mendaftarkan diri di ITS, agar saya memiliki alasan yang kuat untuk resign. Heuheuheu..

Pada bulan Mei saya resign, lalu sekitar bulan Juni atau Juli saya tes di ITS. Dan saat bulan puasa 2015 saya melihat pengumuman di web ITS bahwa saya diterima sebagai mahasiswa pascasarjana di bidang Perumahan dan Permukiman ITS Surabaya. Yups, tanggal 7 Agustus 2015 saya pindah dari Malang ke Surabaya dan sekitar bulan September 2015 saya mulai berkuliah.

Saya pikir saya tidak akan betah tinggal di Surabaya karena macet dan suhunya yang super panas. Eh ternyata saya jatuh cinta dengan kota ini karena memang Surabaya di mata saya sangat mengagumkan. Namun saya tidak mengagumi gedung-gedung tingginya. Yes, saya cukup primitif memang. 

Setelah menjalani kuliah di bidang tersebut, saya jadi suka jalan-jalan ke kampung. Setiap kali diminta untuk survey atau sekedar mengantar tamu untuk keliling kampung, saya selalu antusias. Entah, saya merasa apa yang sudah saya pilih menjadi bagian dari cara Tuhan untuk menjawab mimpi masa depan saya.

Tanpa terasa 2 tahun kuliah terlewati. Banyak suka duka yang sudah di lalui dan tentunya sedih juga karena harus berpisah dengan mereka yang sangat mengagumkan. Alhamdulillah, 23 September 2017 saya wisuda. Dan alhamdulillah lagi 30 September 2017 saya nikah. Lol. 

Lho kok moro-moro rabi? Kapan lamarannya?

Ada banget lho teman saya yang kaget karena saya tiba-tiba nikah dan mengira saya hamil duluan. Ckckck. Sungguh terlalu pikirannya minta di pentung Hanoman. Well, saya sudah di lamar 1 Januari 2017, of course with the one i love.

Perjalanan tersebut mengingatkan saya dengan catatan kecil yang pernah saya buat 4 tahun yang lalu. Entah kertas itu sekarang ada dimana. Bagi saya semua itu bukan kebetulan. Tapi memang Allah berbaik hati untuk mengabulkannya. 

I am so grateful..

Saya menganggap bahwa Tuhan memang sengaja melewatkan saya arus-arus tersebut agar bertemu dengan muara saya. Dan juga sebagai pelajaran untuk mewujudkan mimpi besar saya yang tidak sempat saya tuliskan pada kertas kecil tersebut. Namun sering saya tunjukkan melalui imajinasi saya.
Mimpi apakah itu?

Saya ingin menjadi a great mom for my future kids. Tentunya saya sudah mempersiapkannya sejak lama, terutama sejak saya bergabung dalam sebuah komunitas. Dan yang belum sempat saya tuliskan, saya berharap untuk memiliki sebuah rumah baca dengan berbagai aktivitas dan harapan saya bisa memberikan dampak yang besar. Sebuah mimpi yang terlihat kecil memang, namun dampak yang diharapkan adalah besar.

Apakah sudah terwujud sekarang?

I am a wife now. Karena Tuhan masih belum menitipan amanahNya yang saya anggap sebagai perintahNya untuk lebih mempersiapkan diri. 

Satu ayat yang menjadi pedoman saya adalah An-Nahl ayat 1 dimana segala sesuatu terjadi karena kehendakNya.

Bagaimana dengan rumah baca?

Yup, saya sudah mengumpulkan banyak buku. Masih belum seberapa dan juga saya masih menunggu hingga mendapatkan rumah kontrakan. Karena saat ini kami masih tinggal di rumah kos. But, that's fine. We do really enjoy it. Karena kami sudah sepakat untuk menikmati perjalanan hidup kami asalkan ikhtiar tetap jalan. 

Menurut saya, ketika kita memimpikan suatu hal yang baik, Allah akan menunjukkan jalan dengan cara yang indah.

Alhamdulillah..

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

6 comments

  1. Dulu saya juga sering menulis keinginan dan rencana di secarik kertas. Maksudnya biar selalu ingat dan tidak melenceng terlalu jauh dari jalan yg seharusnya ditempuh untuk mencapai keinginan2 tsb😊

    ReplyDelete
  2. Wah bener mba. Ketika kita pengen sesuatu pasti ada jalannya asalkan kita berusaha. Ngomongin soal kuliah , saya udah lama sekali bercita2 untuk lanjut kuliah lagi s2. Hanya saja saat ini harus ditund dulu demi memprioritaskan anak sata yang masih kecil dan sedang membutuhkan ibunya. Doakan ya smga saya bisa kuliah lagi 😃

    ReplyDelete
    Replies
    1. Barakallah mbak. Smg trwujud y keinginanny utk s2. Tp memang mmbersamai anak harus di prioritas 😊😊

      Delete
  3. Uwiiiih saya masih niat aja mau lanjutin kuliah....atau harus ditulis di kertas dulu ya hehehe...

    Tetep semangat usaha dan berdoa, Mbak. Enggak ada yang gak mungkin bagi Allah Ta'ala

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi, itu cuma catatan iseng2 buat jadi penyemangat. Hehe..

      Tentu mbak ikhtiar, tawakkal dan do'a 😊 terima kasih😊

      Delete

Post a Comment